Selasa, 26 April 2011

Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan Riau


Pendapatan Nasional merupakan salah satu tolak ukur yang digunakan untuk menilai kondisi perekonomian suatu negara. Namun Pendapatan Nasional tidak selalu mencerminkan tingkat kemakmuran negara tersebut. Ada tiga metode yang digunakan untuk menghitung pendapatan nasional:
a.      Metode Output (Output Approach)
b.      Metode Pendapatan (Income Approach)
c.       Metode Pengeluaran (Expenditure Approach)
Dari ketiga metode tersebut, yang paling sering digunakan adalah Metode Pengeluaran.

PDB = C + I + G + (X-M)

C = konsumsi rumah tangga
G = konsumsi / pengeluaran pemerintah
I = PMTDB
X = ekspor
M = impor

Biro Pusat Staptistik (BPS) mencatat  pertumbuhan PDB Indonesia tahun 2010 meningkat sebesar 6,1 persen terhadap tahun 2009. Terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi di Sektor Pengangkutan dan komunikasi  1 3,5 persen dan terendah di sektor Pertanian 2,9 persen. Dan pertumbuhan PDB tanpa migas mencapai 6,6 persen. Pertumbuhan ini tidak terlepas dari kontribusi perekonomian daerah-daerah di Indonesia yang turut mendukung peningkatan tersebut. Salah satunya adalah Riau, meskipun bukan provinsi yang memberikan kontribusi terbesar.

Riau merupakan salah satu provinsi di Indonesia,  yang terletak di bagian tengah pulau Sumatra dengan ibu kota Pekanbaru. Provinsi ini termasuk salah satu provinsi terkaya di Indonesia dengan mengandalkan hasil dari minyak bumi dan gas.

Hingga kini sulit menemukan alat untuk mengukur tingkat kemakmuran masyarakat suatu daerah secara tepat. Namun salah satu ukuran yang dianggap dapat mendekati pencapaian kemakmuran tersebut yakni dengan menggunakan angka pendapatan regional. Manfaat pendapatan regional antara lain adalah untuk mengetahui tingkat produk yang dihasilkan oleh seluruh faktor produksi, besarnya laju pertumbuhan ekonomi, dan stuktur perekonomian pada suatu periode di suatu daerah tertentu.

Bila dilihat dari angka PDRB atas dasar harga berlaku tanpa migas, maka telah terjadi kenaikan dari 149,12 triliyun rupiah pada tahun 2008 meningkat menjadi 179,20 triliyun rupiah pada tahun 2009. Demikian pula angka PDRB atas dasar harga konstan 2000 tanpa migas tahun 2009 mencapai sebesar 45,34 triliyun rupiah yang lebih tinggi dari tahun 2008 yakni sebesar 42, 60 triliyun rupiah. Begitu pula dengan PDRB atas dasar harga berlaku dengan migas menunjukkan peningkatan dari 276,40 triliyun rupiah pada tahun 2008 menjadi 319,51 triliyun rupiah pada tahun 2009. Peningkatan tersebut juga terjadi pada PDRB atas dasar harga konstan 2000 dengan migas, dari 91,09 triliyun rupiah pada tahun 2008 menjadi 93,73 triliyun rupiah pada tahun 2009. 


Salah satu indikator yang dapat digunakan sebagai alat mengukur kemajuan pembangunan ekonomi suatu daerah adalah pendapatan per kapita. Angka ini diperoleh melalui nilai nominal PDRB dikurangi pajak tak langsung netto dan dikurangi lagi penyusutan kemudian dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Pendapatan regional per kapita Riau termasuk migas atas dasar harga berlaku adalah sebesar 55,04 juta rupiah tahun 2009 lebih besar dari angka tahun 2008 sebesar 48,69 juta rupiah. Begitu juga dengan pendapatan regional perkapita atas dasar harga konstan 2000, tahun 2008 sebesar 16,05 juta rupiah kemudian naik menjadi 16,15 juta rupiah pada tahun 2009. Sementara itu bila diamati pendapatan regional per kapita tanpa migas atas dasar harga berlaku juga terjadi peningkatan dari tahun 2008 sebesar 26,27 juta rupiah menjadi 30,87 juta rupiah pada tahun 2009, demikian pula bila diamati atas dasar harga konstan 2000 telah terjadi peningkatan dari 7,50 juta rupiah di tahun 2008, kemudian naik menjadi 7,81 juta rupiah pada tahun 2009. 


Selain pendapatan regional dan pendapatan perkapita, tingkat kemiskinan juga dapat digunakan untuk mengukur kesejahteraan daerah tersebut. BPS mengungkapkan jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Riau bulan Maret 2009 sebesar 527,49 ribu (9,48 persen). Bila dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2008 yang berjumlah 566,67 ribu (10,63 persen), berarti jumlah penduduk miskin di Riau turun sebanyak 39,18 ribu.


 
Pada periode 2002-2009, jumlah dan persentase penduduk miskin di Riau memperlihatkan kecenderungan menurun di tahun 2003. Pada periode 2002-2007, jumlah penduduk miskin menurun sebesar 60,5 ribu yaitu dari 635,0 ribu pada tahun 2002 menjadi 574,5 ribu tahun 2007. Pada periode yang sama persentase penduduk miskin menurun dari 15,39 persen menjadi 11,20 persen. Selanjutnya pada periode 2008-2009, jumlah penduduk miskin juga menurun sebesar 7,8 ribu yaitu dari 566,7 ribu pada tahun 2008 menjadi 527,5 ribu pada tahun 2009. Pada periode yang sama persentase penduduk miskin menurun dari 10,63 persen menjadi 9,48 persen.




Referensi :



Template by:
Free Blog Templates