Kamis, 31 Maret 2011

AKU BANGGA EKONOMI INDONESIA



BAB I

1.1  Latar belakang Masalah

Saat ini perekonomian dunia dihadapkan pada suatu perubahan drastis yang tak terbanyangkan sebelumnya. Krisis kredit macet perumahan beresiko tinggi (suprime mortage) di Amerika Serikat secara tiba-tiba berkembang menjadi krisi keuangan global. Dan dalam hitungan bulan telah menjadi krisis ekonomi yang melanda seluruh dunia. Kuatnya intensitas krisis membuat Negara Negara kawasan Asia, yang semula dianggap relative steril dari dampak krisis, akhirnya sulit bertahan dan turut pula terkenan imbas krisis. Tidak terkecuali dengan Indonesia. Hal ini terlihat dari jumlah pengangguran yang kian bertambah, Income perkapita drastis menurun karena beberapa industri mulai merampingkan tenaga-kerja atau mulai meliburkan tenaga kerja tanpa batas waktu. Senada dengan hal itu investor-investor lokal dan Asing pun mulai  menarik saham dalam industri-industri di Indonesia. Kejadian tersebut menjadikan peluang melonjaknya angka kriminalitas. Selain itu di bidang pertanian Indonesia masih mengandalkan hasil import dari negara tetangga.


1.2  Tujuan penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mengetahui :
a.      Mengetahui gambaran perekonomian dunia.
b.      Mengetahui dampak krisis keuangan global pada negara-negara didunia.
c.       Mengetahui negara mana saja yang mampu bertahan dan negara yang terpengaruh pada dampak dampak krisis global.
d.      Mengetahui gambaran perekonomian Indonesia.
e.      Mengetahui dampak krisis keuangan pada Indonesia


1.3  Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas adalah :
a.      Bagaimana gambaran perekonomian dunia?
b.      Apa dampak krisis keuangan global pada negara-negara di dunia?
c.       Apakah negara-negara di dunia mampu mengatasi masalah krisis global ini?
d.      Apa pengaruhnya bagi negara-negara didunia akan krisis ini?
e.      Bagaimana gambaran perekonomian Indonesia?
f.        Apa dampak krisis keuangan pada Indonesia?




BAB II



2.1 Gambaran Perekonomian Dunia
Dalam lima tahun terakhir (2004 - 2008), perekonomian dunia berada pada fase ekspansi dengan tingkat rata-rata pertumbuhan mencapai 4,7%, jauh di atas rata-rata pertumbuhan limatahun sebelumnya (1999 - 2003) sebesar 3,4%.

Grafik Pertumbuhan Ekonomi Dunia
 
 Ekspansi pertumbuhan ekonomi dunia  tersebut ditopang terutama oleh tingginya pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang terutama China dan India sebagaimana tercermin dari kontribusi kedua negara tersebut yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi dunia.
Grafik Kontribusi Pertumbuhan Dunia
 

Namun seiring dengan krisis keuangan global yang terjadi di penghujung tahun 2008, pertumbuhan ekonomi di beberapa negara maju, terutama AS sebagai episentrum krisis, mengalami penurunan tajam. Dengan perkembangan tersebut, perekonomian negara-negara maju hanya mampu tumbuh sebesar 1% pada tahun2008, jauh di bawah pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar 2,7% maupun perkiraan awal IMF pada April 2008 sebesar 1,3%.

Kontraksi ekonomi di AS didorong oleh melemahnyakegiatan konsumsi dan investasi masyarakat yang dipicu oleh penurunan tajam nilai aset dan kekayaan (wealth) rumah tangga, sertaterhambatnya akses kredit untuk pembiayaankonsumen (consumer finance) sebagai imbas dari meningkatnya intensitas krisis kredit perumahan (subprime mortgage). Efek lanjutan dari pelemahan ekonomi AS yang terjadi sejak tahun 2007 yang berdampak pada melonjaknya angka pengangguran di tahun 2008 semakin memperlambat kegiatan konsumsi dan investasi masyarakat melalui efek penurunan pendapatan. Dengan kondisi yang demikian perekonomian AS hanya mampu tumbuh 1,1% pada tahun 2008, jauh di bawah pertumbuhan tahun sebelumnya meskipun telah melambat namun masih mampu tumbuh hingga 2%.


Perlambatan aktivitas ekonomi yang terjadi di negara maju berimbas ke negara-negara berkembang terutama negara yang memiliki keterkaitan perdagangan dan finansial yang erat dengan negara maju. Ancaman perlambatan pertumbuhan ekonomi diprakirakan akan lebih signifikan terjadi di negara-negara Asia yang mengandalkan ekspor, seperti Singapura, Taiwan, Korea, dan Hongkong atau yang dikenal dengan NIEs (Newly Industrialized Economies). Namun demikian, perekonomian China dan India diperkirakan masih mampu tumbuh di atas 5% sehingga diharapkan tetap menjadi penopang perekonomian dunia. Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi di negara berkembang masih dapat tumbuh sebesar 6,3% pada tahun 2008, meskipun jauh melambat dibandingkan pertumbuhan tahun 2007 yang mencapai 8,3%.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia menyebabkan volume perdagangan dunia diprakirakan mengalami penurunan yang cukup tajam. Setelah mencapai pertumbuhan rata-rata 8,1% selama 5 tahun terakhir, pada tahun 2008 pertumbuhan volume perdagangan dunia menurun tajam menjadi sebesar 4,1% seiring dengan pelemahan permintaan global. Kondisi ini segera diikuti oleh penurunan harga-harga komoditas dunia. Harga minyak dunia yang dalam lima tahun terakhir terus meningkat, bahkan sempat mencapai USD147/barel pada Juli 2008, menurun tajam hingga mencapai USD47/barel pada Desember 2008. Penurunan harga minyak ini juga diikuti dengan penurunan tajam harga komoditas lainnya, terutama logam, mineral dan produk pertanian.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi akibat krisis keuangan global diikuti dengan
berkurangnya tekanan inflasi seiring kecenderungan penurunan harga komoditas dunia
telah mendorong bank sentral di berbagai negara secara agresif melonggarkan kebijakan
moneternya. Federal Reserve memangkas cukup signifikan Fed Funds rates hingga mencapai level 0,25% pada akhir 2008. Langkah serupa diikuti oleh bank sentral negara lain seperti Australia, Inggris, Euro dan kawasan Asia, untuk mencegah dampak krisis yang semakin parah.


2.2 Gambaran Perekonomian Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan, dengan luas mencapai 200 juta Ha. Keadaan demikian dapat menjadi suatu kekuatan dan kesempatan sebaliknya juga dapat menjadi kelemahan bagi perekonomian Indonesia.
Banyaknya pulau akan menjadi kekuatan dan kesempatan, jika pulau-pulau yang sebagian besar merupakan kepulauan yang subur dan kaya akan hasil-hasil bumi dan tambang dapat diolah dengan maksimal. Namun juga dapat menjadi kelemahan apabila sumberdaya yang ada disetiap pulau hanya dinikmati oleh sebagian masyarakat saja.
Dari keseluruhan wilayah yang dimiliki Indonesia dapat diketahui bahwa matapencaharian sebagian besar penduduknya masih berada disekitar sektor pertanian (agraris). Sejarah mencatat dalam dunia pangan pernah membanggakan bangsa ini di mata dunia. Hal ini terbukti dimana Indonesia pernah menjadi negara swasembada beras (Repelita V) di tahun 1984 dan bahkan mampu memproduksi beras sebanyak 25,8 juta ton per tahun. Begitu hebatnya bangsa ini dalam memproduksi beras hingga mampu memberikan bantuan satu juta ton padi kering (gabah) kepada rakyat Afrika  yang kala itu mengalami kelaparan.
Awal Juli 1997 Indonesia dilanda krisis moneter, yang kemudian berubah menjadi krisis ekonomi yakni lumpuhnya kegiatan ekonomi karena semakin banyak perusahaan yang tutup dan meningkatnya jumlah pekerja yang menganggur. Krisis ini tidak sepenuhnya disebabkan oleh krisis moneter saja, karna sebagian diperberat oleh berbagai musibah nasional yang datang bertubi-tubi ditengah  kesulitan ekonomi seperti kegagalan panen padi di banyak tempat karena musim kering yang panjang dan terparah selama 50 tahun terakhir, hama, kebakaran hutan secara besar-besaran di Kalimantan dan peristiwa kerusuhan yang melanda banyak kota pada pertengahan Mei 1998 lalu. Hingga akhirnya Suharto dipaksa turun dari kursi kepemimpinannya dan BJ Habibi maju untuk menggantikan.

Sejak 2002 pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah menunjukkan akselerasi namun masih rendah, dengan tingkat pertumbuhan di bawah sebelum krisis. Secara umum, rata-rata pertumbuhan ekonomi pada periode setelah krisis hanya berkisar 5% per tahun, jauh di bawah periode sebelum krisis, sehingga dapatdikatakan bahwa permintaan agregat melemah. Hal ini juga diikuti dengan perubahan struktur ekonomi, di mana pangsa investasi yang dulu mencapai 30% PDB, setelah krisis hanya berkisar 20% PDB. Hal sebaliknya terjadi pada konsumsi swasta, apabila sebelum krisis pangsanya terhadap PDB berada di bawah 60% namun setelah krisis pangsanya selalu lebih dari 60%.

Pertumbuhan PDB 1989-2007
 
Krisis keuangan global yang menimpa AS yang terjadi tahun 2008  turut berdampak pada perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari jumlah pengangguran yang kian bertambah, Income perkapita drastis menurun karena beberapa industri mulai merampingkan tenaga-kerja atau mulai meliburkan tenaga kerja tanpa batas waktu. Senada dengan hal itu investor-investor lokal dan Asing pun mulai  menarik saham dalam industri-industri di Indonesia. Kejadian tersebut menjadikan peluang melonjaknya angka kriminalitas. Selain itu di bidang pertanian Indonesia masih mengandalkan hasil import dari negara tetangga. Sungguh bertolak belakang dengan sejarah yang mencatat Indonesia sebagai negaraAgraris tetapi disisi lain untuk beberapa bahan pokok masih mengandalkan import dari negara tetangga.
Walaupun berbagai indikator dan hasil survei menunjukkan perbaikan kondisi ekonomi Indonesia ini masih lambat. Dalam publikasi Global Competitiveness Report 2007-2008, disebutkan bahwa daya saing ekonomi Indonesia 2007 tetap berada pada posisi 54 dari 131 negara, setelah pada 2006 sempat mengalami perbaikan yang cukup signifikan dibandingkan 2005.

Tabel Peringkat Daya Saing Oleh WEF
2.3 Perekonomian Daerah
Indonesia merupakan negara kepulauan. Menurut data tahun 2004 Indonesia memiliki sekitar 17.504 pulau. Pulau-pulau terbesar yaitu Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. Yang kemudian rangkaian pulau-pulau ini disebut sebagai kepulauan Nusantara.
Setiap pulau tentu memiliki sumber daya alam, kekayaan dan corak serta tipe daerah yang berbeda. Oleh karena itu, perekonomian di setiap daerah berbeda pula.

a.         Pulau Jawa

Merupakan pulau di Indonesia dengan jumlah penduduk terpadat, dengan populasi mencapai  65%. Dengan angkatan kerjanya yang tersebar pada bidang pertanian, kehutanan, industri manufaktur, perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa.

Oleh karena itu, perekonomian Indonesia sebagian besar di dominasi Pulau Jawa. Pada kuartal III-2010 Pulau Jawa memberikan kontribusi terhadap produk Domestik Bruto sebesar 57,6%.  Provinsi-provinsi yanng memberikan sumbangan terbesar adalah DKI Jakarta (16,6%), Jawa Timur (15,1%), Jawa Barat (13,7%), dan Jawa Tengah (8,5%).


b.      Pulau Sumatra
Sumatra adalah salah satu pulau di Indonesia yang juga merupakan pulau terbesar  keenam didunia dengan luas wilayah mencapai 443.065,8 km2. Dengan jumlah penduduk kurang lebih 42.409.510 jiwa.

Pulau ini memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto sebesar 23,7% pada kuartal III-2010. Provinsi-provinsi yang memberi sumbangan terbesar adalah Riau (6,9%), Sumatra Utara (5,3%) dan Sumatra Selatan (3,1%).

c.       Pulau Kalimantan

Adalah pulau terbesar ketiga didunia. Karena memiliki banyak sungai pulau ini terkenal dengan julukan “Pualu Seribu Sungai”. Pulau ini memberikan kontribusi sebesar 9,5 persen. Dengan provinsi penyumbang terbesar adalah adalah Kalimatan Timur sebesar 6,4 persen pada triwulan I-2010.


d.      Pulau Sulawesi
Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Barat tahun 2009 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) meningkat sebesar 6,03 persen terhadap tahun 2008. Pada tahun seluruh sektor ekonomi di Sulawesi Barat mengalami pertumbuhan positif, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh mencapai 17,62 persen dan terendah di sektor pertanian yang hanya tumbuh 2,90 persen.

Besaran PDRB Sulawesi Barat pada tahun 2009 atas dasar harga berlaku mencapai Rp 8,671,82 milyar sedangkan atas dasar harga konstan 2000 mencapai Rp 4,106,02 milyar, sehingga tingkat inflasi pada level harga produsen sebesar 5,18 persen.

Tiga sektor ekonomi mengalami pertumbuhan tertinggi pada Triwulan IV 2009 (q-to-q) ini adalah sektor pertambangan dan penggalian tumbuh sebesar 13,07 persen, menyusul sektor perdagangan tumbuh mencapai 4,45 persen, dan sektor Angkutan dan komunikasi tumbuh 1,72 persen. Demikian juga untuk pertumbuhan (y-on-y) tertinggi terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian sebesar 22,98 persen, sektor pertanian tumbuh 9,21 persen dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh 5,05 persen.

Tiga sektor utama pengerak ekonomi di Sulawesi Barat adalah sektor pertanian; sektor jasa-jasa; dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran secara bersama-sama berperan sebesar 78,79 persen tahun 2009. sektor pertanian memberi kontribusi 48,39 persen, sektor jasa-jasa 17,34 persen, dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran 13,06 persen.

 
BAB III



3.1  Kesimpulan
a. Perekonomian Dunia
Saat ini perekonomian dunia dihadapkan pada suatu perubahan drastis yang tak terbanyangkan sebelumnya. Krisis kredit macet perumahan beresiko tinggi (suprime mortage) di Amerika Serikat secara tiba-tiba berkembang menjadi krisi keuangan global. Dan dalam hitungan bulan telah menjadi krisis ekonomi yang melanda seluruh dunia. Kuatnya intensitas krisis membuat Negara Negara kawasan Asia, yang semula dianggap relative steril dari dampak krisis, akhirnya sulit bertahan dan turut pula terkenan imbas krisis.
Ancaman perlambatan pertumbuhan ekonomi diprakirakan akan lebih signifikan terjadi di negara-negara Asia yang mengandalkan ekspor, seperti Singapura, Taiwan, Korea, dan Hongkong atau yang dikenal dengan NIEs (Newly Industrialized Economies). Namun pertumbuhan ekonomi tersebut masih dapat ditopang terutama oleh tingginya pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang terutama China dan India sebagaimana tercermin dari kontribusi kedua negara tersebut yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi dunia.


b.  Perekonomian indonesia
Krisis keuangan global yang terjadi di Amerika Serikat turut berpengaruh terhadap perekonomian Indonesian. Walaupun cukup berbeda dengan krisis keuangan yang terjadi di tahun 1997 lalu yang hanya berdampak lokal. Namun dampaknya sangat dirasakan oleh bangsa ini. Hal ini terlihat dari jumlah pengangguran yang kian bertambah, Income perkapita drastis menurun karena beberapa industri mulai merampingkan tenaga-kerja atau mulai meliburkan tenaga kerja tanpa batas waktu. Senada dengan hal itu investor-investor lokal dan Asing pun mulai  menarik saham dalam industri-industri di Indonesia. Kejadian tersebut menjadikan peluang melonjaknya angka kriminalitas. Selain itu di bidang pertanian Indonesia masih mengandalkan hasil import dari negara tetangga. Ironis di satu sisi Indonesia yang dikenal sebagai negara Agraris tapi disisi lain beberapa item bahan pokok masih mengandalkan hasil import dari negara tetangga. Hal ini bertentangan dengan sejarah yang mencatat bahwa Indonesia pernah menjadi swasembada beras di tahun 1984.



DAFTAR PUSTAKA


http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/427EA160-F9C2-4EB0-9604-C55B96FC07C6/3015/bempvol1no4mar.pdf
http://bataviase.co.id/node/435696
http://www.pelita.or.id/baca.php?id=68289
http://www.ekonomirakyat.org/edisi_9/artikel_1.htm
http://benermeriahkab.bps.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=105:pulau-jawa-masih-kuasai-perekonomian-ri&catid=43:berita-terbaru
http://www.bps.go.id/brs_file/pdb-10mei10.pdf


 Nama : SONNU IZQI
NPM   : 26210649
Kelas  : 1EB22






0 komentar:

Posting Komentar

Template by:
Free Blog Templates